Minggu, 09 Maret 2014

TRADISI PESANTREN DAN ELIT TRADISIONAL

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pesantren adalah salah satu pendidikan khas Indonesia.pesantren juga satu-satunya lembaga pendidikan negri ini yang masih bertahan sampai saat ini.pendidikan di pesantren yang khas berbasis pada masyarakat,pesantren mempunyai kiprah besar dalam membentuk karakter dan jiwa keilmuan masyarakat sekitar.
Pesantren mempunyai sejarah  yang panjang dan berliku dalam kehidupannya di negri ini.pertama kali di yakini di bawa oleh para walisongo,pendidikan ini akhirnya menjadi ladang pemberdayaan bagi para pemuda Indonesia sejak zaman sebelum dan pada masa kolonialisme.
pembahasan pesantren juga akan selalu menarik , jika di hubungkan dengan tradisi dan elit tradisional yang unik ,yang sampai hari ini usaha untuk tetap eksis itu , elit tradisional pesantren adalah jenis pesantren yang mempertahankan kemurnian identitas asli sebagai tempat mendalami ilmu-ilmu agama.bagi para santri semua materi yang di ajarkan di pesantren ini sepenuh bersifat keagamaan yang bersumber dari kitab-kitab berbahasa arab (kitab kuning) yang di tulis oleh para ulama’ abad pertengahan.
Dalam perspektif pendidikan islam Indonesia ada yang menyebutkan bahwa pendidikan tradisional pondok pesantren berposisi sebagai sub ordinat yang bergerak pada wilayah dan domaian pendidikan hati yang lebih menekankan pada aspek  “afektif pendidikan”  atau  “atticude pendidikan”.ada beberapa istilah yang sering di gunakan untuk menunjuk jenis pendidikan islam tradisional khas Indonesia yang lebih di kenal pesantren. 
Pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab klasik dan kyai merupakan lima elemen dasar dari tradisi pesantren, Pesantren juga mempunyai bermacam-macam tradisi yang dari tradisi tersebut dapat membentuk kemandirian seorang santri ataupun santriwati dalam kepribadiannya.

B.Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang di atas masalah-masalah yang di bahas dapat di rumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana sistem pendidikan pesantren ?
2.      Ada berapa macam tradisi pesantren ?
3.      Apa yang di maksud pesantren tradisional?


BAB II
PEMBAHASAN

              A.Sistem Pendidikan Di Pesantren.
Dulu, pusat pendidikan islam adalah langgar masjid atau rumah sang guru, di mana murid-murid duduk di lantai, menghadapi sang guru, dan belajar mengaji waktu mengajar biasanya diberikan pada waktu malam hari biar tidak mengganggu pekerjaan orang tua sehari-hari.menurut zuhairini (1997:212), tempat-tempat pendidikan islam  nonformal seperti inilah yang “menjadi embrio terbentuknya system pendidikan pondok pesantren” ini berarti bahwa system pendidikan pada pondok pesantren masih hampir sama seperti system pendidikan di langgar atau masjid, hanya lebih intensif dan dalam waktu yang lebih lama.
Pendidikan pesantren memiliki dua system pengajaran, yaitu system sorogan, yang sering disebut system individual, dan system bandongan atau wetonan yang sering di sebut kolektif.dengan cara system sorongan tersebut, setiap murid mendapat kesempatan untuk belajar secara langsung dari kyai atau pembantu kyai.sistem ini di biasanya di berikan dalam pengajian kepada murid-murid yang telah menguasai pembacaan qur’an dan kenyataan merupakan bagian yang paling sulit sebab system ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi dari murid. Murid seharusnya sudah faham tingkat sorogan ini sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya di pesantren.
Metode utama system pengajaran di lingkungan pesantren ialah system bandongan atau wetonan.dalam system ini, sekelompok murid mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, dan menerangkan buku-buku islam dalam bahasa arab. Kelompok kelas dari system bandongan ini disebut halaqah yang artinya sekelompok siswa yang belajar di bawah bimbingan seorang guru. System sorongan juga di gunakan di pondok tetapi biasanya hanya untuk santri baru yang memerlukan bantuan individual.
Pesantren sekarang ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pesantren tradisional dan pesantren modern. System pendidikan pesantren tradisional sering disebut system salafi, yaitu system yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab islam klasik sebagai inti pendidikan di pesantren. Pondok pesantren modern merupakan system pendidikan yang berusaha mengintegrasikan secara penuh system tradional dan system sekolah formal (seperti madrasah).

B.Macam-Macam Tradisi Pesantren
1. Hidup Dalam Suasana Kebersamaan
kebersamaan merupakan kesedihan, bagaimana tidak santri selalu bersama-sama mulai dari makan, minum, mandi, mencuci, sekolah, belajar, sampai ketidurpun selalu bersama meskipun harus mengantri mereka tidak perduli karena, bagi santri atapun santriwati yang penting bersama. Dari kebersamaan itu pula mereka dapat mengambil banyak hikmah dan pelajaran, antara lain:
a.       Jiwa Sosialis
Artinya santri  ataupun santriwati berlatih sebisa mugkin untuk berusaha mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi.
b.      Kasih Sayang
Santri ataupun santriwati bisa merasakan perasaan orang lain. Kasih sayang juga akan menjadikan santri ataupun santriwati :jauh di mata dekat di hati.
c.       Persatuan Abadi
 “union is strangeh” juga dalam semboyan “unted we stand, divided we fall”. Dapat di ibaratkan pula dengan sapu. Jika hanya satu helai lidi digunakan untuk membersikan kotoran tidak akan bisa untuk menyelesaikannya beda dengan satu ikat sapu lidi, maka dengan mudah sekali membersikan kotoran yang ada.
d.      Membekas
Ternyata dampak positif dan negatif yang di timbulkan dari hasil bersama yang akan lebih membekas dihati atau lebih terasa dari pada hanya di lakukan seorang sendiri
e.       Sikap Dewasa
Dari sini santri ataupun santriwati akan berlatih selalu menjaga perasaan orang lain dan berlatih berani bertanggung jawab atas segala sesuatu yang mereka perbuat.
f.        Satu Rasa
Santri ataupun santriwati tidak akan rela melihat teman mereka dalam kesulitan, sedangkan kita dalam kesenangan.
2. Pengajian Dasar
pengajian dasar di rumah-rumah , di langgar dan di masjid diberikan secara individual, seorang santri atau santriwati mendatangi seorang guru yang akan membacakan beberapa baris al-qur’an atau kitab-kitab bahasa arab dan menerjemahkannya. Pada gilirannya santri atau santriwati mengulang dan menerjemahkan kata demi kata sepersis mungkin seperti yang di lakukan gurunya. System penerjemahan dibuat sedemikian rupa sehingga para santri atau santriwati diharapkan mengetahui baik arti maupun fungsi kata dalam suatu kalimat bahasa arab. Dengan demikian para santri atau santriwati dapat belajar tata bahasa langsung dari kitab-kitab tersebut, santri dan santriwati di haruskan menguasai pembacaan dan terjemahan tersebut secara tepat dan hanya bisa menerima tambahan pelajaran bila telah berulang-ulang mendalami pelajaran sebelumnya, para guru pengajian dalam taraf ini selalu menekankan kualitas dan tertarik guru tersebut berhasil menelorkan sekitar sepuluh santri atau santriwati yang dapat menyelesaikan pengajian dasar ini dan kemudian melanjutkan pelajaran dipesantren, ia akan di anggap sebagai seorang guru yang berhasil.
Pendidikan islam tradisional diberikan dalam pengajian kepada santri atau santriwatinya yang telah menguasai pembacaan al-qur’an. Pengajian ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan pendidikan islam tradisional, sebab menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi dari santri atau santriwati. Kebanyakan santri ataupun santriwati pengajian gagal dalam pendidikan dasar ini. Di samping itu banyak di antara mereka yang tidak menyadari bahwa mereka seharusnya mematangkan diri, sebab pada dasarnya hanya santri atau santriwati yang bisa memetik keuntungan yang bercita-cita menjadi orang alim.

  C. Pengertian Pesantren Tradisional.
Kata pesantren sebenarnya berakar dari kata santri yang menurut Prof. AH. Johns, kata tersebut adalah bahasa tamil, yang berarti guru mengaji. Sedangkaan CCBreg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah shastri yang dalam bahasa india berarti orang yang tau buku-buku suci agama hindu, atau seorang sarjana ahli kitab-kitab suci hindu. Kata shastri berasal dari shastra yangberarti buku-buku suci, buku-buku agama atau buku-buku pengetahuan (dhofier,1994:14). Walaupun istilah santri berdekatan dengan bahasa hindu , namun di Indonesia kata yang kemudian berubah menjadi kata pesantren ini lazim digunakan dalam khasanah kelembagaan pendidikan islam.
Secara terminologis, pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama islam. Umumnya, proses pendidikan pesantren berlangsung secara non klasikal, dimana seorang kyai mengajarkan ilmu agama islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang di tulis dalam bahasa arab oleh ulama’ abad pertengahan, dan para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut.
Adapun istilah tradisionl , ia berasal dari kata tradisi yang dalam khasanah bahasa Indonesia berarti segala sesuatu seperti adat, kebiasaan, ajaran dan sebagainya, yang turun yang turun dari nenek moyang (poerwadarminta, 1982:1088).ada pula yang menuturkan bahwa tradisi berasal dari kata tradium, yaitu segala sesuatu yang ditranmiskan, di wariskan ole masa lalu ke masa sekarang. Dan ketika kata ini berubah menjadi kata tradisional yang berarti menurut adat, turun-temurun , maka sebagaimana di ketahui kata tradisional di pergunakan untuk mensifati sesuatu, misalnya kata tari atau pakaian tradisional , yaitu tari atau pakaian menurut adat atau yang di warisi turun-temurun.dalem aspek-aspek yang lain kita mengenal istilah-istilah upacara tradisiona, pengobatan tradisional dan sebagainya (bawani,1993:24).
Menurut zamachsyari dhofier, pesantren tradisional adalah lembaga pesantren yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab islam klasik sebagai inti pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari istilah tradisi biasanya secara umum di maksudkan untuk menunjuk kepada suatu nilai, norma dan adat kebiasaan yang berbau lama dan yang lama tersebut hingga kini masih diterima. Tradisi, intinya adalah warisan masa lalu yang di lestarikan terus hingga sekarang. Warisan masa lalu itu dapat berupa nilai, norma, social, pola kelakuan dan adat kebiasaan lain yang merupakan wujud di berbagai aspek kehidupan. Dari kata tradisi, akhirnya menjadi tradisional, artinya menurut adat, turun-temurun. Dan akhir-akhir ini, kata tradisional tampaknya muncul di mana-mana untuk mengimbangi segala sesuatu yang berbau modern.
Sikap  tradisional, menurut soerjono soekanto, adalah suatu sikap yang mengagung-agungkan tradisi dari masa lampau, serta anggapan bahwa tradisi tersebut secara mutlak tidak dapat dirubah.sikap tradisional tidak selalu berkonotasi negative seperti itu sebaliknya, terkadang justru bernilai positif atau setidaknya netral. Di tengah kehidupan modern yang segalanya bergerak serba cepat ini, tradisi tertentu ada kalanya justru harus di upayakan agar tetap lestari, jangan sampai lenyap tertelan kemajuan.
Khusus di dunia pendidikan islam, mengingat sejarah perjalanan agama ini yang sudah cukup panjang, munculnya kesan dan fakta tradisionalitas di sana-sini tidaklah terhindarkan. Tradisi untuk memakai kitab-kitab klasik berbahasa arab sebagai bahan pokok yang di ajarkan pada santri, kebiasaan untuk duduk bersila di lantai pada saat mengaji, juga peralatan serba sederhana sampai kini masih menjadi gambaran yang lumrah bagi sebagian lembaga pendidikan islam, terutama pesantren.
Santri yang sering di identikkan dengan kaum sarungan, kesederhanan , dan kebanyakan hidup dalam budaya pedesaan, tidak perlu minder dan merasa terpinggirkan dalam mengembang misi suci mendalami ilmu-ilmu keislamaan. Sarungan hanyalah symbol kesederhanan dan tidak di haramkan jika dalam keadaan tertentu diganti dengan celana.segala dampak positif-negatifnya menjadi bagian yang tak terpisahkan dan harus di hadapi oleh para santri istilah ndeso, sarungan, kolot, kuno, ketinggalan jaman yang selama ini melekat pada identitas kesantrian perlu di ubah bukan saja mentok pada symbol-simbol modernitas, tetapi juga terejawantahkan dalam pola pikir dan sikap.
Merujuk kepada pengertian-pengertian di atas, pesantren tradisional biasa di definisikan sebagai lembaga pendidikan islam yang di kelolah berdasarkan pola-pola lama yang sengaja di lestarikan, pengajaranya menggunakan kurikulumyang diadopsi dari warisanmasa sebelumnya dan di lakukan secara turun-temurun.








BAB III
KESIMPULAN

Pembahasan tentang tradisi pesantren,adalah pembahasan tentang suatu hal yang unik.sebagai institusi khas yang lahir dari akulturasi budaya yang kompleks. Sebagai subkultur masyarakat indoesia terutama masyarakat jawa. Untuk itu menyimpulkan kesan tentang pesantren terkadang mengalami kesulitan dan acapkali berujung pada simplifikasi bahkan tak jarang mengalami mispersepsi.
Tradisi pesantren merupakan salah satu alat untuk mencetak kepribadian yang aktif dan dinamis dalam pergaulan social, yang mana pondok membentuk sebuah progam yang dapat melatih santri agar mempunyai kepribadian mandiri, khususnya nanti setelah terjun ke masyarakat.

Dengan system pengajaran yang khas, pesantren tradisional telah mampu memproduk ulama’-ulama’ besar di Indonesia yang lewat tangan-tangan dingin mereka. Islam dan bahasa arab akan selalu menyertai dinamika berbangsa dan bernegara dalam rentangan sejarah bangsa dari masa ke masa. Jika tradisi pengkajian agama islam dan pelestarian kitab-kitab turats (tradisional) di pesantren-pesantren yang ada di Indonesia terus berlangsung dan selalu berkembang, maka tidak mustahil, apabila di kemudian hari nanti, Indonesia menjadi pusat pengembagan islam dan bahasa arab di dunia 

1 komentar:

Posting Komentar